INSPIRATOR KONTRIBUTIF DALAM PEMIKIRAN DAN TALENTED




Siapa yang nggak kenal N.H Dini, Indari Mastuti, Asma Nadia, dan Tere Liye? Dua terakhir ini adalah penulis novel yang paling produktif yang begitu menginspirasi aku menulis. Sedangkan NH Dini alm, adalah novelis pertama yang pernah mendukung tulisanku pertama dan terakhir dimuat di Koran Suara Pembaharuan saatku berusia 17 tahun.

Indari Mastuti? Wah ini jangan ditanya deh. Perempuan hebat dan tangguh yang tidak hanya jago menulis tapi juga jualan. Buku yang ditulispun sudah menyentuh angka ke-70 buah. Baik penerbitan mayor maupun indie. Aku banyak belajar dari seorang teteh Indari yang begitu bersemangat menginspirasiku menulis dan berjualan.

Sewaktu aku kecil, paling suka membaca novel-novel petualangan LIMA SEKAWAN Enid Blyton, Tintin,  Felix Obelix. Untuk majalah seperti Hai, Annida, Bobo, Ummi, Sabili, yang turut mewarnai pemikiran ku. Kalau sudah membaca, aku bisa betah berjam-jam menuntaskan. Aku nggak suka menunda penyelesaian membaca, bisa bikin aku penasaran.

Sayang dulu fasilitas menulis seperti klub, perkumpulan, majalah dinding, atau mesin ketik, belum akrab kurambah. Selain dari kalangan kurang mampu, kesukaanku pun masih bercabang belum menemukan passion yang pas. Olahraga, lebih kusukai untuk eskul di sekolah. Basket sejak kelas 2 SMP sampai 2 SMA akhir mengantarku berpetualang tanding partner atau lomba hingga kelima kotamadya di Jakarta.

Namun begitu lulus SMA dan harus kuliah di IPB Bogor, kegiatanku terhenti. Jauh juga dari kegiatan tulis menulis. Saat itu ghirohku yang baru mendapat hidayah berhijab dan beragama yang kaffah membuatku fokus pada studi dan mengaji.

Jauh dari buku novel, majalah dan hanya berkutat dengan buku-buku kuliah D-3 Pendidikan Matematika. Benar-benar melupakan membaca sampai kemudian kembali aku diingatkan akan menulis pada tahun 2008. Ketika menjelang pengangkatan ku sebagai kepala sekolah, dimana aku dijejali dengan bacaan-bacaan wajib tentang karakter dan penguatan sebagai pendidik.

Bersyukur aku memiliki direktur dan founder sekolah yang mewajibkan kami guru-gurunya untuk membaca. Mengirim kami ke training-training keguruan baik berbahasa Indonesia atau yang berbahasa Inggris. Walau sempat berkacamata minus kembali setelah sempat normal selama sekian tahun, membaca dimanapun kulakukan.

Semangat menulis kembali meletup setelah berkenalan dengan web-web seperti Kompasiana, dan platform lainnya. Terlebih blog yang sudah kumulai di blogspot rasanya lebih mudah dan familiar sampai sekarang. Membaca buku-buku secara gratis mulai kulewati kembali setelah menjadi MC di acara Teacher Writing Camp enam tahun lamanya.

Bertemu narasumber ciamik, penulis buku dan novel, berhadapan langsung membuatku mendapatkan buku-buku dengan cuma-cuma sebagai hadiah. Mendapat tanda tangan langsung dari beliau penulis keren seperti Negeri Lima Menara, Laskar Pelangi, Windura Sutanto, dan banyak lagi adalah suatu kebanggaan tak terlupakan.

Kini siapa menyangka jika aku bisa menjadi penulis artikel dan buku, blogger, editor, dan penerbit buku indie. Sungguh tak menyangka anugerah berlimpah ini. Ketika kutasbihkan hidupku untuk beribadah dan bermanfaat untuk sesama, Allah takdirkan jalan hidupku lewat guru. Dimana dengan profesi itu aku bisa merambah kemana saja yang berhubungan dengan dunia pendidikan.

Dengan menjadi  guru aku mulai menulis, nge-blog, kumpul dengan komunitas menulis, dan mendapat pekerjaan dari bidang tersebut. Merengkuh passion lain dalam perjalanannya seperti menangani kasus-kasus kejiwaan yang dulu sempat jadi tujuan pekerjaan. Tapi ini berkaitan dengan pendidikan, lebih kuat penanganannya.

Siapa yang berkontribusi dalam pemilihan itu? Ya para penulis hebat itulah yang multitalen mengembangkan pikiran liarku dalam suatu pilihan positif. Terimakasih dan angkat topi dalam takzim dan hormatku. Pagi menjelang dini hari dalam pengembaraan liar istirahatku.

Bekasi, 10 September 2019

#ODOP
#EstrilookCommunity
#Day10

Posting Komentar

0 Komentar