LIFE STARTING FROM 40 YEARS BEFORE

Liputan 6.com

Bisa kembali pulang ke Bekasi dan menikmati perjalanan hidup sesungguhnya sebelum usia 40 tahun adalah bentuk syukur anugrah Allah yang tak pernah kuingkari hingga hari ini.

Mengapa begitu? Menikmati hidup sejak kecil hingga menikah di usia 19 tahun dan penuh pasang dan surutnya mencapai puncak badai-Nya pada tahun 1998. Saat bungsu dalam kandungan begitu banyak peristiwa bahkan sampai pahitnya pun lebih dari hidup di Rutan (rumah tahanan) sekalipun.

Wajar dan tidaknya permasalahan, intrik, dendam, ketakutan tak mendasar, semua pernah dialamatkan dan kujalani. Sebagai manusia normal dan beragama sempat mengajukan proposal demo pada-Nya. Mengapa di saat aku ingin Istiqomah berbuat baik setelah mendapat hidayah pada tahun 1990 untuk beragama secara total setelah 19 tahun hidup dalam lingkungan KEJAWEN.

Benar memang dalam Al-Qur'an, tidaklah seseorang dikatakan beriman jika belum mengalami ujian, ketakutan, kelaparan, kekurangan, dan sebagainya. Semua itu sudah kurasakan dan kulewati dengan begitu banyak kesedihan, airmata, dan darah.

Kematian mamah yang mendadak tanpa sakit, dan papah delapan bulan kemudian melengkapi penderitaan ku. Walau Alhamdulillah sebelumnya aku menerima perhatian lengkap dari dinikahkan sampai kelahiran anak bungsu yang terakhir. Menjadi anak mamah papah  yang diandalkan untuk mengurus adik-adik dan kakak yang penuh dengan emosi labil serta wawasan yang kurang adalah tantangan sendiri.  Itu kenapa pada saat ditempatkan CPNS di SMPN 5  Kapahiang Bengkulu mereka memberatkan ku untuk berangkat meninggalkan mereka.

Krisis moneter sebelum dan sesudah kejatuhan presiden Soeharto di tahun 1998 adalah awal dari penderitaan yang panjang, dan penuh perjuangan. Seandainya kisah ini dibukukan entah berapa novel bisa kutuliskan. He he . . .

Life start from 40 YEARS, begitu seringnya kubaca dan kudengar. Tapi tidak denganku, justru sebelum umurku mencapai 40 tahun, aku diberi kesempatan oleh Allah untuk mulai menata kembali hidup di Bekasi ini. Setelah begitu banyak "goncangan demi goncangan" memporak porandakan emosi, keluarga, dan kesehatanku.

Juni 2003 adalah awal gerbang kembali aku memulai tangga perjalanan hidupku. Bagaimana tidak, seharusnya dulu sudah enak CPNS, keluarga mapan dengan gaji 100 juta pertahun saat dolar hanya 2400 rupiah,  pernah punya TPA dimana jumlah muridnya hampir 400 orang subhanallah luar biasa itu hilang begitu saja karena krismon.

Di 2003 itu adalah saat dimana aku memulai perjalanan hidup kembali dengan menjadi pengajar bimbel di PRIMA NUSANTARA di Mangun Jaya. Start honor adalah 180 rb dengan jumlah jam terbang yang masih sedikit sekali. Tapi aku tak menyerah, demi ketiga jagoan apapun kulakukan. Dengan berjalan kaki jarak 10 km tempat mengajar bolak-balik di awal tak menyurutkan semangatku.

Saat itu umurku baru saja 32 jalan 33 tahun. Tak hilang semangat, kuterima tawaran mengajar di tiga bimbel lagi  seperti GENUS, CICI Bimbel, entah satu lagi apa aku lupa karena sudah lama dengan waktu yang kuusahakan tidak bentrok satu sama lainnya. Menjadi marketing bimbel juga kujalani dari sekolah ke sekolah. Memasarkan dan mengenalkan bimbel kepada sekolah sekitar Tambun Selatan.

Alhamdulillah ada teman yang kemudian menawarkan untuk mengajar di sebuah SD walau tawaran gaji hanya 400 rupiah. Kuambil untuk mengajar mulai Senin sampai Jumat jam 12.30 sudah pulang. Sepulangnya kembali mengajar di berbagai bimbel atau menjadi marketing. Lelah? Jangan ditanya, tapi aku yakin Allah melihat perjuanganku berusaha dan yakin hanya DIAlah tempatku meminta rezeki dan solusi berbagai masalah.

Alhamdulillah pelan tapi pasti, dan dalam waktu yang luar biasa cepat menurutku, Allah berikan rezeki dan jalan bagiku, 200 persen kenaikan dari honor 180 rb pertama yang kunikmati. Rezeki, peluang, kemuliaan, mulai kuraih pelan-pelan tanpa riba sedikitpun catatan pentingnya adalah, meraih ilmu Allah dengan investasi leher ke atas, belajar, berkomunitas, tak malu bertanya pada ahli, berusaha, berdoa, ikhtiar, lalu akhirnya bertawakal atas perjalanan hidup ini.

Sesungguh hasil tidak pernah menghianati perjuangan. Ketawadhuan dan keyakinan tetap memelukku hingga hari ini, bahwa miracle-Nya selalu ada bagi hamba-hamba-Nya yang selalu melibatkan Allah dalam kehidupan.

Jadi kalau ditanya apa keinginan seorang ms Juli saat ini? Hanya berusaha bersyukur dan menjadi orang yang bermanfaat untuk siapapun. Sekiranya Allah ijinkan, aku ingin bisa mengunjungi BAITULLAH sebelum dipanggil pulang, itu saja keinginan terbesar.

##ODOP
#EstrilookCommunity
#Day3

Posting Komentar

0 Komentar