SPW (Sekolah Pencetak Wirausaha) Mempersiapkan Siswa Sebagai Pebisnis (1)


Assalamualaikum, ukhtie. Apa kabar? Baik bukan? Alhamdulillah, hari Sabtu 28 September ini ms Juli diberi kesempatan berkumpul lagi bersama rekan-rekan pengajar PKK (Produk Kreatif dan Kewirausahaan) se-Jawa Barat untuk belajar bersama. Tema yang diusung adalah MEMBENTUK MENTAL PEBISNIS PESERTA DIDIK.

Mudahkan? Ternyata tidak mudah seorang praktisi, pebisnis yang sudah terjun sebagai pebisnis yang menekuni usaha sekaligus tenaga pendidik kewirausahaan sejak 1998 benar-benar memberikan pengalaman menariknya di sini.


Bapak A Khoerussalim IKHS owner Enterpreuner College terjun sebagai konsultan Kewirausahaan.  Apalagi  setelah mata pelajaran kewirausahaan ini menjadi Mapel yang diunggulkan bersama produktifnya dengan komposisi jam yang sama, di SMK.

Beliau menyampaikan pandangannya tentang mata pelajaran ini di SMK, kesulitannya, serta metodologi yang tepat mengajarkan kepada peserta didik di kelas.

Dalam penyampaiannya, beliau juga  menyampaikan:
Bicara bisnis adalah bicara tentang MENTAL. Kalau ada yang berbicara bahwa bisnis itu adalah uang itu anggapan yang salah. Ketika siswa lulus SMK apa selanjutnya? Bekerja, melanjutkan kuliah, menikah, atau berwirausaha? Ini adalah pertanyaan yang umum disampaikan kepada siswa kelas 12 SMK.

Apa perbedaan antara Enterpreuner (pebisnis) dan employe (pegawai)

1. Kemandirian vs ketidak mandirian tanpa bergantung kepada siapapun atas nasib dan masa depannya.

2. Kebebasan vs Ketidak Bebasan
waktu dan limited keuangannya.

3. Kemerdekaan vs Ketidak Merdekaan pegawai menentukan nasib atau masa depannya.

4. Mengatur vs diatur oleh begitu banyak peraturan, prosedur, dan birokrasi.

Nah, hal ini yang akan dijadikan pembanding bagi siswa ketika kelak menghadapi kelulusannya. Menjadi pebisnis, wirausaha, atau enterpreuner itulah tujuan dari guru pendidikan kewirausahaan. Dimana kita harus bisa membentuk mental pebisnis sejak dini sebelum mereka melangkah terjun ke dunia masyarakat setelah lulus.

Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil pernah galau menyampaikan keresahannya, dengan jumlah lulusan SMK yang berlimpah saat ini, ternyata menjadi penyumbang PENGANGGURAN terbesar di Jawa Barat. Mengapa? Karena skill, mutu lulusan, serta attitude belum memenuhi kriteria kebutuhan Dunia Industri dan Usaha saat ini. Entah apa yang salah, dan itu masih terus dikaji.
Yang akan dibicarakan di sini adalah tentang wirausaha, jadi titik fokusnya adalah bagaimana setelah lulus kelas 12 SMK nanti, memiliki bekal ketrampilan alternatif selain bekerja atau kuliah. Lapangan pekerjaan dan kesempatan yang sulit, membuat peluang menjadi pebisnis masih terbuka lebar.

Bukankah Rosulullah juga menyampaikan bahwa 9 dari 10 pintu rezeki itu adalah melalui perniagaan? Beliau sendiri menjadi contoh ketika menjadi pedagang yang amanah hingga ke penjuru jazirah Arab saat itu, sehingga Siti Khadijah melamarnya menjadi suami.

Membentuk mental pedagang itu memang tidak mudah, namun bukanlah tidak mungkin. Namun dibutuhkan kekuatan untuk mengajarkan kepada peserta didik apa itu arti CONFORT ZONE (zona nyaman) dan SURVIVAL (bertahan). Setelah mereka sendiri memahami apa arti tujuan mereka masuk ke SMK. Tentu tujuan utamanya adalah bekerja untuk mencari uang.

Keluar dari zona nyaman adalah mental pertama untuk siswa jika ingin merintis menjadi seorang pebisnis. Menjadi pebisnis itu artinya harus bersiap keluar dari zona nyaman yang selama ini lekat dengan keseharian siswa pada umumnya. Dukungan orang tua di rumah juga menentukan setangguh apa kelak siswa.

#ODOP
#EstrilookCommunity
#Day25

Posting Komentar

0 Komentar