Catatan Mis Juli (10)

Kisah sebelumnya: 

http://misjulie.blogspot.com/2019/10/catatan-mis-juli-9.html

Sempat pengawas berkata bahwa ms Juli akan diperpanjang lagi tugasnya 4-6 tahun ke depan. Nggak tahu kali yaa susah dan beratnya jadi kepsek. Aku hanya senyum dan menjawab dalam hati. Diperpanjang sebulan dua bulan lagi juga tidak akan pernah mau, dalam hati ms. 

Biarlah pengawas UPTD pendidikan kecamatan Tambun Selatan belum mengerti keadaan yang sesungguhnya, namun ms percaya kelak mereka paham penderitaan kepala sekolah saat ini. Selama Bapak Purwanto selalu menanggapi laporan komite, guru senior, mantan kepsek di "sana", secara sepihak, tentu repot. Mau sampai kapanpun sekolah akan jalan di tempat. 

Kebaikannya adalah bapak sangat mendorong kemajuan kepsek dan guru nya untuk belajar, ikut workshop atau training sekalipun berbayar. Paling sering kami diikutkan Sampoerna Foundation. Begitu juga dalam hal membaca, banyak buku bagus yang diberikan ke sekolah untuk di PRkan membaca kepada kami kepsek.dan guru-guru. Itu yang membuat ms Juli masih sedikit bersemangat. 

Wawasan tercerahkan dan motivasi menulis ms Juli kembali membara, setelah 20 tahun tertunda karena satu dan lain hal. Ya, dulu saat umur 17 tahun ms Juli pernah menulis dan dimuat di koran bertiras besar SUARA PEMBAHARUAN. Saat itu bangga sekali novelis NH Dini memberikan apresiasi atas keberanian ms menulis. Sayang menulis dulu nggak sebesar sekarang gaung dan girahnya. 

Ms Juli mulai kembali menulis blog, masuk ke dalam komunitas menulis, pengusaha, dan sebagainya. Artinya, saat itu Ms Juli merasa terbuka dan dibuka jalan pembelajarnya kembali lewat bapak. Sisi lain, mungkin karena bapak bukan orang pendidikan, juga entah resah permasalahan perselisihan keluarganya, jadi pelampiasannya adalah Ms Juli. Risiko menjadi bawahan, orang yang diharapkan sempurna sesuai keinginannya. 

Menjelang dua tahun tugas kepala sekolah, masalah demi masalah mulai memancing ego dan emosi ms Juli. Mulai dari guru senior yang marah karena uang sertifikasinya dipotong oleh yayasan akibat kesalahan mereka sendiri yang ribut dan sibuk sendiri sehingga yayasan turun tangan. Efeknya, kepsek dituduh sebagai mata-mata yayasan dan pelapor. Ms Juli berusaha tenang dan menghadapinya dengan kepala dingin, namun ada yang keterlaluan dengan memfitnah. Menghimpun orangtua untuk mendemo ms ke yayasan. Waduh, ini sudah sangat keterlaluan. 

Bagi ms Juli menjadi kepala sekolah itu adalah tugas tambahan, utamanya adalah menjadi guru yang dipertanggungjawabkan amanah ini dunia akhirat. Kembali menjadi guru? Why not? Just relax enjoyed it. Sayang banyak yang mendramatisir posisi dan jabatan ini, biarlah manusia dan manusiawi kok. 

Ms Juli memutuskan untuk fokus menjadi guru biasa saja. Mereka yang menganggap posisi dan jabatan kepala sekolah sebagai jabatan yang harus diperebutkan atau dijungkalkan, itu pandangan manusia. Apapun masalah yang terjadi menjelang jabatan kepsek berakhir ms masih mencoba legowo dan toleransi dalam sabar. Namun satu hal yang menjadi berat adalah ketika dari 27 guru dan hanya seorang yang non muslim tetiba diangkat menjadi Wakasek kesiswaan. 

Apakah layak? Hanya karena alasan go nasional or globalisasi. Sementara untuk PSB atau PPDB di Tambun selatan masih melihat agama. Sementara keputrian yang ms rintis saja tantangannya berat sekali terutama dari dia dan teman-temannya muslim yang merasa satu genk dengannya. 

Itu yang membuat ms Juli mantap mundur dari posisi kepsek dan sekolah yang sudah memajukan dan memberikan kesempatan selama ini. Walau dalam hati sempat bingung mau ke mana yaa? Mencari tempat atau sekolah yang akan menggaji sama seperti saat ini, gaji ms Juli sudah mencapai 2,5 juta. Namun, segera menepis pikiran dan rasa takut. Rezeki itu Allah yang mengatur. 

Kegalauan terjawab ketika pengawas kabupaten yang sangat apresiasi dengan kepemimpinan ms sebagai kepsek tetiba menawarkan untuk menjadi kepsek di SDIT Permata Hati. Sebenarnya untuk kepseknya sendiri sudah tidak berminat, tapi kalau pindah tempat itu yang dipikirkan. Alasannya satu, masalah agama. Merasa tidak nyaman, yang lain tidak ada. 

Akumulasi dari kekecewaan membuat kaki ini melangkah ke sekolah tersebut. Padahal paginya, Bunda Asih selaku ketua Yayasan sekolah PDGS ini sempat merayu ms Juli untuk tetap bertahan. Alhamdulillah keputusan menjadi guru kembali akhirnya diijinkan, walau tetap kecewa Wakasek kesiswaan nya sesuai dengan rencana Bapak Purwanto. Ms mengajar di kelas 3-4 matematika IPA. Sesuai prediksi ms Juli keputrian mulai diacak-acak jadwalnya rencana dikurangi waktu bahkan terindikasi dihilangkan, whaaaat? 

Siangnya ms Juli ditelpon oleh pemilik sekolah SDIT Permata Hati menanyakan kapan kiranya bisa hadir hari ini. Waduh, jantung ms Juli berdegup kencang. Kalau sampai ditelpon berarti mereka butuh sekali. Begitu juga bapak pengawas, mengingatkan.   Akhirnya setelah pelajaran selesai ms langsung ke sana. Langsung di test psikotest. Bertemu dengan pemiliknya langsung yang juga penceramah taklim dari PKS. 

Saat itu beliau serius dan menanyakan gaji yang diminta. Ms nggak minta, hanya menyampaikan bahwa gaji sebelumnya di PDGS adalah 2,5 juta. Beliau berjanji akan memberi lebih dengan catatan harus memajukan sekolahnya. Soal itu Ms nggak janji banyak, namun akan berusaha maksimal. Entah apa yang dirasa ms saat itu. Maghrib nya aku menelpon bunda Asih direktur yayasan. Bahwa aku pamit resign dari sekolah karena ingin yang lebih baik dan nyaman. 

Namun, suatu berita disampaikan oleh ibu Direktur. Bahwa aku harus berangkat PLPG ke UNJ Jakarta selama 10 hari. Antara senang dan bahagia saat itu campur baur. Akhirnya, pengakuan keprofesian ms Juli sebagai guru diakui oleh pemerintah. Semoga sepuluh hari ke depan bisa belajar dan lulus terbaik. Dengan lulusnya ms di PLPG maka sertifikat pendidik profesional  mendapat penghargaan gaji tambahan 1,5 juta setiap bulan nantinya. 

Satu sisi lain, tertunda kepindahan ms mengajar di SDIT Permata Hati. Namun ms Juli berusaha tenang dan mengambil segala hikmahnya saja. Tak lupa menyampai kan kepada pemilik sekolah nanti, bahwa ms Juli harus berangkat PLPG. Alhamdulillah pemilik mengerti walau juga menekan kan untuk cepat mengajar matematika kelas 6 yang sudah mau ujian. Saat itu adalah bulan November 2010. 

Saat itu Ms mendapat amanah mengajar di kelas 3 dan 4 mengajar matematika saja. Buat ms nggak masalah mengajar walau pernah jadi kepsek. Malah kalau boleh memilih adalah menjadi guru saja. Siswa dengan suka cita menyambut ms mengajar matematika. Hanya yang berat adalah, sikap teman-teman senior yang berkubu dengan kepsek baru. Padahal kepsek baru itu ms Juli yang interview dan test mengajar di kelas. Entahlah, racun apa yang sudah dihembuskan oleh para senior, sikapnya mulai sedikit menyepelekan. Seolah ms adalah guru paling bermasalah. Astaghfirullah, . . .ampuni aku. 

Mereka para senior selalu mengawasi kemana dan apapun yang ms lakukan di kelas. Seolah penuh curiga. Ms bertahan karena toh sebentar lagi akan pindah, buat apa dimasukkan dalam hati. Nggak ada gunanya berdebat dan berselisih dengan siapapun, kita kan sama-sama cari uang bukan? Mengapa saling menyakiti

Posting Komentar

1 Komentar

  1. Masha Allah, Mis. Yuni baca postingan terbarunya kok mewek ya. Nggak dimana-mana, persaingan dunia kerja itu selalu ada ya, Mis. Bahkan di dunia pendidikan. Semangat, Mis.

    BalasHapus