Catatan Mis Juli (11)

Kisah sebelumnya: 
http://misjulie.blogspot.com/2019/10/catatan-mis-juli-10.html

"Juli, pikirkan lagi deh keputusanmu. Bukannya pagi tadi kamu sudah berjanji bertahan? Bunda sudah berusaha bicara ke Bapak Purwanto, bahwa kamu adalah guru yang sangat berdedikasi. Belum ada yang bisa menggantikan posisi kamu di matematika. PDGS butuh kamu" kata Bunda Asih di seberang sana. 

"Maaf bunda, Juli sudah nggak bisa bertahan dengan senior yang selalu menggoda dan memfitnah saya selama ini. Apalagi tuh Ms Linda, nggaklah Bun maafin Juli. Bapak memilih dia ya biarkan saja. Bukan soal pengen jadi kepsek lagi yang bikin resign, tapi soal agama bunda. Maafkan Juli. Juli sayang bunda, tapi harus mencari tempat yang nyaman buat kerja. Nggak bisa terus-terusan dibully mereka para senior terus, dan juli merasa nggak didukung malah cenderung tambah disudutkan." Panjang lebar ms jawab rayuan bunda. 

"Tega kamu tinggalin bunda dan sekolah ini Juli? Ayolah, nggak masalah yang tidak ada solusinya. Semua bisa dibicarakan, percayalah" Bunda masih bertahan menahan, 

" Ayolah, Juli. bunda tahu Juli perempuan strong. Masa hal begitu dimasukkan ke hati?" Ya Allah, bukan soal kata jawab hati ms Juli. 

Andai bunda tahu, tindakan mereka sudah sangat menyakiti ms Juli, mengintimidasi, mengadu domba orangtua, siswa dan rekan guru. Ini dunia pendidikan, bukan dunia politik. Rasanya nggak kuat untuk bertahan di tempat kerja yang hanya mengedepankan intrik semata. Di sini ada siswa sebagai produk sekolah ini, kalau gurunya begitu bagaimana nanti outputnya? Sungguh tidak masuk akal ms Juli. 

Sempat memberitahu kalau ms akan menjalani PLPG sertifikasi selama 10 hari di kampus UNJ Rawamangun, ms Juli sekalian pamit. Bunda berjanji akan memberikan surat-surat keterangan masa kerja sesudah selesai nanti. Biar fokus dengan sertifikasi dulu, kata bunda seperti itu. 

Terhadap sekolah baru juga begitu, menyampaikan bahwa waktu mengajar tertunda di sana. Setelah sepuluh hari baru bisa mengajar di SDIT Permata Hati. Semoga menjadi tempat yang menyenangkan dan yang terakhir, aammiin yra itu doa ms Juli pada akhirnya. 

Subhanallah ternyata PLPG selama sepuluh hari adalah masa yang paling menyenangkan. Masa membahagiakan, karena mindset dan wawasan ms Juli begitu dibedah, dibuka, dan dikembangkan sedemikian luas. Ini menjadi hiburan tersendiri untukku yang harus jauh dari Bekasi sementara waktu.berkumpul dengan guru yang siap belajar secara bersamaan. Kebetulan umumnya mereka adalah para wakil atau kepala sekolah di sekolah mereka masing-masing. 

Hal yang paling diingat adalah, di situ ms diingatkan jangan lagi mengajarkan kata utang pada pembelajaran matematika. Karena minus pada garis bilangan itu adalah artinya ke kiri, turun, rugi, atau mundur. Jadi harus berhati-hati mengajarkan kata-kata utang kepada anak didik pada saat mengajar berhitung atau matematika di kelas. Hal itu sangat mengena sekali bagi kami di kelas karena selama ini sudah sangat melekat. Dosen UNJ yang mengajar kami begitu piawai memotivasi kami sehingga menimbulkan tekad untuk tidak lagi mengenalkan istilah "utang" pada pembelajaran bilangan bulat positif dan negatif. 

Begitu juga pada pembelajaran pokok lainnya seperti IPA, PKN, IPS, Bahasa Indonesia dan SBK  dimana kami yang sertifikasi sebagai guru kelas mengajarkan ke-6 mata pelajaran tersebut. Sedangkan pelajaran lain dipegang oleh guru lainnya. 

Tempat sertifikasi kami sepuluh hari berasa di kampus UNJ Rawamangun dan menginap di wisma UNJ sungguh dekat sekali. Suasana nyaman dan sangat kondusif membuat kami bisa fokus belajar. Kami belajar di kelas yang baru dibangun, karena dulunya bekas kebakaran. Ya, UNJ pernah terbakar beberapa lokal sebelumnya. Ms Juli merasa beruntung belajar di sini dengan dosen-dosen UNJ yang sangat bagus-bagus dalam penyampaian materi sehingga seharian tidak merasa bosan di kelas. 

Tak terasa sudah sepuluh hari berlalu begitu cepat. Kami semua satu kelas sangat berat untuk berpisah satu sama lain. Terlebih kelas kami sangat hidup sekali. Aktif dan penuh canda riang yang saling memotivasi. Hal yang paling memotivasi adalah ketika salah seorang teman kami memaksakan belajar padahal sedang sakit. Dan sakitnya itu adalah yang berhubungan dengan mata, dimana retinanya hampir copot karena terlalu banyak membaca. 

Begitu juga teman yang lain karena sakit jantung, dimana alat pacu masih menempel di dada Allahu Akbar. Begitu bersemangatnya mereka sampai kami yang sehat malu jika harus malas belajar saat itu. Itu kenapa perpisahan ini begitu berat, dengan janji kami akan saling terhubung satu sama lain kembali terutama yang tempat mengajarnya saling berdekatan. Sehingga silaturahmi ini akan terus terjaga. 

PLPG sepuluh hari itu benar-benar sudah membuat ms Juli melupakan segala kesedihan, juga dendam permasalahan dengan beberapa rekan kerja. Pulang membawa aura positif dan sikap profesional lebih dari sebelumnya. Sehingga pulang dari PLPG ms Juli bisa pamit ke SD PDGS dengan yayasan dan teman-teman di sekolah. Hati plong walau masih ada beberapa yang judes dan usil melontarkan kebencian untuk ms Juli tidak dipikirkan. Itu pasti karena kedangkalan hari mereka. 

Bapak Purwanto tidak mau menerimaku, dengan alasan sedang sibuk. Padahal aku tahu Beliau ada di kantornya. Namun ms bisa paham bahwa beliau masih berat melepaskan diri ini, karena masih dianggap sebagai aset guru berharga. Yang selama ini bisa diandalkan dalam hal PSB, kesiswaan dan sebagainya. Airmata bunda Asih juga tak terbendung, berkali-kali dipeluknya diri ini dengan kasih sayangnya. Semoga Allah menjaga direkturku yang welas asih ini. 

Apakah ms Juli langsung mengajar di kelas? Nggak juga. Butuh waktu selama 2 hari untuk beristirahat serta memulai kembali aktifitas. Kalau kata anak sekarang masih jetlag, mager. Ingin menikmati aktifitas di rumah dahulu. 

Tiba waktunya, ms mulai melangkah berangkat ke SDIT Permata Hati. Sekolah islami yang tentu seragamnya jauh berbeda. Mengingat dulu pernah memakai gamis dan jilbab panjang, tentu bukan hal yang sulit jika kali ini harus memakai lagi.  Pergaulan islami yang diterapkan dengan cepat membuat ms Juli jatuh cinta. Anak-anak siswa-siswi yang ceria tetap dengan baju seragam islaminya. 

Di awal, perjanjiannya adalah ms Juli menjadi kepala sekolah dan mengajar matematika  menggantikan kepala sekolah yang dianggap bermasalah saat itu. Ternyata sampai dengan beberapa bulan tidak ada keputusan itu. Namun, ms Juli nggak gundah. Mengingat justru ingin beristirahat dari jabatan itu dan menikmati tugas serta peran sebagi guru matematika kelas 6 dengan target USBN ujian sekolah berbasis Nasional. Sangat menantang sekali. 

Namun, justru hal yang membuat risau ms Juli adalah honor guru yang ms terima. Sangat tidak sesuai dengan perjanjian. Honor pertama ms Juli adalah 900 ribu. Sungguh jauh sekali, di awal Ms berusaha menutupi kegundahan hati ini. Padahal waktu yang tersita sejak pagi sampai jam 4 sore lebih di sekolah. Belum lagi penunjukan ms Juli sebagai asisten yayasan yang menimbulkan pro dan kontra. 

Rupanya, guru-guru banyak yang bergejolak dipimpin oleh pemilik yayasan SDIT Permata Hati ini, ms nggak usah sebut namanya, ya! Beliau seorang penceramah yang sering mengisi taklim di mana-mana terutama komunitas politik PKS, namun dalam hal memimpin dikenal pelit dan arogan kepada guru-guru nya. Padahal siswa sudah membayar dengan SPP yang mahal dan uang pangkal juga nggak sedikit ms tahu itu. 

Ternyata, mereka yang lama sudah mengabdi dari ms pun banyak yang digaji kurang dari ms Juli. Mashaallah.  

Posting Komentar

0 Komentar