Catatan Mis Juli (8)


AMANAH MENJADI KEPALA SEKOLAH (2)


Kisah sebelumnya: 
http://misjulie.blogspot.com/2019/10/catatan-mis-juli-7.html

Ms Juli lupa tepatnya kapan ya, seingatku seminggu setelah itu pak Purwanto kembali memanggilku. Beliau mengumumkan sendiri langsung hasil test walau tanpa mengumumkan nilai dan hasil detilnya. Bahwa untuk kepala sekolah tahun ajaran 2008-2009 divisi SD adalah Ms Juli, dan untuk TK adalah Ms Anggun, rekan kerja yang memang sudah pra magang PLT Kepala Sekolah

Bahagiakan? Sesungguhnya tidak, karena buat ms Juli menjadi kepala sekolah adalah tugas tambahan. Tugas utamanya adalah guru, dengan tegas sekali lagi ms Juli meminta ijin untuk tetap melaksanakan tugas sebagai tulang punggung keluarga di luar sekolah. Artinya jangan karena kepala sekolah menghilangkan pendapatan utama ms Juli menjadi guru bimbel dan pekerjaan lain. Selama tidak mengganggu dan dilakukan di luar jam sekolah tidak masalah bukan? 

Menjalankan tugas kepala sekolah dan memimpin 27 rekan guru bukanlah hal yang mudah jika tidak ada kerjasama. Tantangan terberat adalah guru SENIOR dan orangtua yang belum memahami tugas kepsek sepenuhnya. Mengapa ms bilang senior? Karena mereka adalah guru yang sudah sejak tahun 1999 atau paling tidak lebih dulu mengajar di sini sebelum ms Juli masuk pertama bulan Juli 2004. 

Ms sudah berusaha merangkul dan mengajak bicara dari hati ke hati, tapi ya itu mereka dengan beberapa pemikiran dan prasangkanya membuat tembok tebal yang sedikit sulit ditembus. Sementara ms Juli dengan pemikiran yang harus ke depan bagaimana menyatukan stakeholder sekolah, dan memajukan Putradarma Global School lebih baik lagi. 

Belum lagi kepala sekolah sebelumnya yang merasa beliau paling baik dalam memajukan sekolah ini. Perseteruan antara kakak ipar yang merupakan istri bapak Purwanto dan beliau yang adik bungsu bapak, ternyata begitu berpengaruh. Beliau seakan belum ikhlas melepaskan sekolah ini dihendle bapak langsung. 

Padahal bapak sudah berupaya merubah sekolah ini dengan investasi sampai 3 milyar rupiah yang itu adalah utang. Jadi sekolahpun di-push untuk ikut membantu membayar utang tersebut berupa kemajuan jumlah siswa atau penerimaan siswa baru (PSB). 

Ms Juli sebagai kepala sekolahpun tak luput diganggu beliau dengan aneka fitnah dan mata-mata dari guru senior di sini dan orangtua siswa. Anehnya beliau sangat peduli dan begitu tahu rahasia dapur sampai sekecil-kecilnya sekolah ini. Sementara kami sendiri tidak pernah tahu bahkan tak ingin mendengar. Prinsip ms Juli dan Bapak sama, kita punya kesibukan dan tanggung jawab masing-masing. Jadi untuk apa mengurus urusan yang bukan tanggung jawab kita? Itu mindset kami. 

Memikirkan bagaimana tugas ini berjalan, dan PSB nanti siswa tercapai targetnya. Itu yang menjadi program kerja ms Juli. Rasanya tak mampu otak dan pikiran ms Juli jika harus memikirkan banyak hal di luar tanggung jawab. Namun tidak demikian dengan beliau mantan kepsek itu. Entah apa alasannya, bisa jeleous, bisa ingin mengganggu, atau alasan lainnya lagi. 

Di tengah itu, ms Juli berusaha berkolaborasi dengan pelatih drumband yang rencananya akan menjadi eskul andalan sekolah. Sekolah ini mengedepankan kecerdasan multiple intelegensi secara akademik dan non akademik. Sehingga untuk anak yang belum mampu berprestasi secara akademik bisa menyalurkannya di sini. 

Alhamdulillah juara demi juara, prestasi kami mulai unjuk gigi. Di akademik calistung dan OSN kami juga mulai berprestasi. Di kurikulum, ms Juli sendiri turun tangan mengajar PM (pendalaman) Matematika kelas 6. Ingin menjadikan mereka mampu menyumbangkan nilai NEM tertinggi secara maksimal. Intinya ms Juli langsung bergerak atau action atas program-program yang sudah sejak awal Ms canangkan. 

Alhamdulillah untuk tryout bekerja sama dengan Primagama, sehingga hasil test bisa segera terbaca. Kelas 6 tahun pertama menjadi kepsek banyak yang merupakan pegangan ms Juli saat mereka kelas dua SD. Sehingga Alhamdulillah lebih mudah membentuknya, nggak aneh ketika tes masuk SMP-1 kota Bekasi banyak anak Putradarma Global School yang bisa lolos dan masuk SMPN 1 kota Bekasi tersebut. Itu adalah kebanggaan luarr biasa. 

Masalah pertama timbul saat perpisahan kelas 6 tidak ada titik temu. Kelas 6 itu ada tiga kelas. Tapi komunikasi orangtua siswa terpecah menjadi 3 pula. Walikelas masing-masing pun tak mampu mencegah perbedaan itu. Paling mencolok adalah orangtua kelas 6C dimana  anak-anak nya kecerdasannya sangat tinggi. Namun, orangtuanya terhasut oleh mantan kepsek untuk menjatuhkan sekolah. Mereka tidak menyadari, bahwa kepsek itu seharusnya tidak ada wewenang apapun untuk memberi masukan tentang sekolah ini. 

Diskusi demi diskusi tidak ketemu titiknya. Sementara ms Juli harus fokus kepada kegiatan Graduation di gedung. Intinya bagaimana caranya, sekolah ini antara guru, orangtua, kepsek dan yayasan terpecah belah oleh berita dari luar yang sebenarnya bisa diselesaikan, namun kenyataan nya Ego yang berbicara. 

Ketika pengumuman SD kami masuk 10 besar sekolah peraih NEM tertinggi di kabupaten Bekasi, itu adalah hadiah yang menghibur ms Juli. Posisi ke-5 adalah posisi yang bukan main-main, dan itu sangat membakar cemburu sekolah sana yang dipimpin oleh mantan kepsek tersebut. Banyak sabotase-sabotase yang sering dilancarkan. Alhamdulillah walau guru terpecah dua kelompok, tapi mereka masih mau diajak untuk maju. Karena Bapak Purwanto tidak memberi toleransi perpecahan maupun baper. 

Sehingga akhir tahun pelajaran  pertama tugas ms Juli menjadi kepala sekolah begitu banyak prestasi-prestasi membanggakan, juga godaan dan sabotase yang berimbang. Ms Juli? Hhhh jujur ingin menangis, sudah di rumah Masalah (nggak usah cerita yaa, cukup ms Juli saja yang tahu), eh di sekolahpun bertabur masalah pula. Bosan? Itu pasti. Belum lagi bapak kalau sudah ngomel, di luar jam sekolah pun ya dilakoni. Kadang sampai hampir jam 12 malam. Ada rasa nggak enak sama anak-anak dan keluarga jika Bapak menelpon di luar jam sekolah dan malam pula. Waktunya istirahat. 

Bukan membandingkan soal gaji, tapi apa iya jadi kepsek seberat ini? Sehingga kadang ms Juli sering tak bisa tersenyum menghadapi keluarga di rumah. Saking menahannya masalah di sekolah, berharap jangan sampai terbawa ke rumah begitu juga sebaliknya. Namun kenyataannya, itu tidak bisa dan tak mungkin. Seringnya tertukar dan tercampur. Idealnya ms Juli profesional, namun hal itu ternodai dengan sikap bapak seperti itu. 


Sementara selisih gaji ms Juli dengan senior saja hanya selisih 400 rb, tapi mereka tidak bekerja sampai hampir 24 jam. Sedang ms Juli? Mulai 24 jam kini, menjelang masuk tahun ke-2 kepemimpinan Bapak Purwanto mulai sering menelpon ms Juli saat di rumah di atas maghrib. Kadang saat Ms masih mengajar privat, atau sedang mengurus keluarga. Seakan masalah tidak bisa diselesaikan di sekolah besok.

Seringnya masalah sepele di kroschek, laporan guru ke yayasan lah, orangtua ke yayasan lah. Beliau terlalu membuka diri, padahal masih ada kepsek, direktur tempat menyelesaikan masalah. Seolah tidak ada kepercayaan kami mampu. Hal ini bukan tidak diketahui guru-guru senior sehingga merekapun memanfaatkan itu. Begitu juga mantan kepsek adik Bapak itu. Turut memperkeruh suasana dengan segala laporan. Aneh bukan? Apa karena Bapak bukan dari dunia pendidikan? Jadi tidak paham? Entahlah. . .

Posting Komentar

0 Komentar