Catatan Mis Juli (13)

Kisah sebelumnya
http://misjulie.blogspot.com/2019/11/catatan-mis-juli-12.html

Sungguh, bukan ms Juli bermaksud sombong. Niatan hati ingin beristirahat sementara waktu ternyata belum Allah ijinkan. Allah kembali menggerakkan kaki ini untuk melangkah mengabdi di SD Al-Azhar Syifa Budi Legenda untuk menggantikan guru yang sedang cuti melahirkan. Selain memang nggak bisa diam di rumah, juga nggak punya kelas adalah menyedihkan buat ms. 

Buatku lebih baik nggak punya jabatan daripada nggak punya kelas. Berdiri di depan kelas adalah kebahagiaan tersendiri yang ms Juli rasakan. Mengajar rasanya sudah mengalir ke dalam darah dan pori-pori tubuh ini. Begitu sangat bersemangat.  Obat sakit ms Juli adalah berdiri di depan kelas. Kalau sudah berdiri dan mengajar ms bisa lupa segalanya. 

Seperti itu darah "mengajar" yang ms Juli rasakan. Itu mengapa begitu ada lowongan dan tawaran ms segera melangkah. Satu lagi, mengapa begitu cepat mengiyakan? Karena ini adalah bentuk syukur. Pernah merasakan kosong beberapa saat tidak punya kesempatan mengajar saat di Semarang karena ijazah mengajar dan data diri ada di Bekasi, dalam kondisi hijrah dulu. 

Allah kini memberikan begitu banyak peluang mengajar, sementara orang banyak butuh pekerjaan. Seharusnya ms Juli bersyukur, di saat umur sudah mau 40 th peluang masih begitu banyak. Alhamdulillah jam terbang dan skill ms Juli mulai diakui dan dicari. Murid privat juga begitu, banyak yang mendaftar padahal ms nggak pernah bikin spanduk, brosur, atau promosi. 

Murid yang datang selalu dilayani maksimal dan hubungan dengan orang tua adalah harga mutlak yang nggak bisa ditawar. Dukungan dan suport orang tua serta kemauan anak untuk belajar adalah kolaborasi indah yang menghasilkan output atau hasil yang maksimal. Ms Juli sudah buktikan itu. 

Nggak heran kalau murid bimbel yang mendaftar seperti isi ulang saja buatku. Kalau nggak adiknya, kakaknya, tetangga, saudara, teman, atau kenalannya. Mereka merekomendasikan dengan suka rela bimbel Nurul Amanah ini tanpa ms harus memberi upah sedikitpun Alhamdulillah. Penghargaan,  kedekatan, dan peningkatan karakter belajar yang lebih baik menjadi alat promosi tersendiri yang sangat murah. 

Nggak terasa sampai detik ini masih saja ada yang mendaftar. Nggak munafik, bimbel juga adalah penyumbang terbesar keuangan ms Juli di saat mengurus sakit kepala keluarga di 5 bulan terakhir sampai meninggalnya. Murid sampai mbludak jumlahnya tapi Alhamdulillah masih kepegang semua walau sambil mengajar di sekolah dan mengurus orang sakit. 

Kembali ke Al-Azhar Syifa Budi Legenda, ternyata ms menggantikan pengajar di kelas 4  dan 5. Subhanallah nya ms harus mengajar dengan pengantar bahasa Inggris hingga soalnya pun harus dalam bentuk itu. Kesulitan kah? Alhamdulillah tidak, pengalaman bekerja dengan orang Australia hampir 2 tahun membuat ms Juli terbiasa menggunakan introduction, instruction dalam bentuk bahasa Inggris. Buku-buku pegangan pun dalam bentuk bahasa Inggris, namun begitu ms tetap banyak bertanya dan belajar. 

Alhamdulillah suasana mengajar yang dibangun sangat menyenangkan. Setelah mengajar di SDIT menggunakan gamis, di sini ms seragam wajibnya adalah jilbab putih. Apapun seragam yang dipakai dan tidak boleh terlalu panjang. Kembali ms Juli harus melakukan penyesuaian. Agama di sini tidak terlalu ketat pergaulan nya juga. 

Tidak disangka ternyata ms Juli dengan cepat mengambil hati siswa kelas 4 dan 5. Merekapun banyak yang meminta privat sebagai tambahan. Umumnya mereka tinggal di Grandwisata dekat dengan sekolah Al-Azhar. Awalnya buat ms berat karena prinsipnya sudah tidak lagi keluar mengajar les, tapi siswa yang datang. Namun tawaran menggiurkan dari mereka tak bisa dipungkiri. 

Hanya dengan mengajar 4 anak ms Juli bisa mendapat hampir  gaji sebulan mengajar sebagai pengganti di Al-Azhar, kurang lebih 1,5 juta durasi waktu seminggu dua kali masing-masing 1,5 jam.  Belum lagi makan siang dan cemilan semua serba dimanjakan. Begitu juga saat olimpiade matematika Nalaristik dan OSN dinas pendidikan. Sekolah mengandalkan ms Juli untuk memegang siswa yang sudah terseleksi. 

Mashaallah nggak disangka anaknya yang ms latih IQ nya sangat bagus dan cepat responnya. Mulai dari tingkat kecamatan sampai akhirnya kami melangkah ke tingkat nasional di Jakarta. Luar biasa, begitu juga matematika Nalaristik. Pelaksanaan nya di Bogor, dulu waktu mengajar di SDIT Permata Hati juga begitu pernah mengantar mereka sampai ke Bogor lombanya walau belum juara. 

Berangkat dari pengalaman dan prestasi itulah, kepala sekolah memanggil dan menawarkan untuk menjadi guru tetap di tahun ajaran baru nanti di sini. Berbagai fasilitas dan iming-iming turut menyertai. Sejujurnya, ms suka namun jauh dan macet yang berseri-seri sungguh memberatkan. Ms malu sering terlambat. Karena pagi ms harus mengurus yang sakit dulu dan mengurus anak-anak sampai berangkat sekolah. 

Memandikan dan menyuapi yang sakit, serta menggerakkan anak-anak untuk berbarengan berangkat sekolah. Tidak ada pembantu atau suster yang bisa kami andalkan. Ms Juli pasrahkan ke Allah agar memberikan kekuatan kepadaku untuk bisa melewati masa-masa kritis mengurus yang sakit. Al-Azhar sendiri sikap pertolongan nya sangat bagus dan aware. 

Pernah harus bolak-balik karena yang sakit harus diamputasi kakinya, sedangkan ms Juli belum ada biaya dari asuransi ataupun BPJS, sekolah dengan serentak mengumpulkan uang donasi hampir 3 juta rupiah. Mashaallah sungguh ms terharu, namun malu kalau terus terlambat. Ms Juli sudah menyampaikan hal ini langsung kepada kepala sekolah. 

Kepala sekolah ibu Siti Khodijah sangat baik dan menjanjikan kantor untuk tempat ms Juli sendiri memegang matematika. Namun, ms masih belum enak dan memberikan keputusan pasti. Saat itu bulan Januari 2012. Qodarullah Allah gerakkan kepala sekolah SMK Yadika 13 menelpon ms Juli. Beliau meminta ms untuk datang ke SMK setelah beliau melihat CV di surat lamaran yang teman antarkan ke SMP Yadika 13. 

Rupanya, SMP sudah tidak membutuhkan guru dan sudah ada yang melamar. Begitu kepsek SMK mencari, segera beliau menghubungi ms Juli. Namanya pak Josep Tri Gutanto. Beliau orang Jogja dan baik sekali saat interview. Entah mengapa hati ms mengatakan ingin mengabdi di sekolah ini. Sebagai sekolah besar waktu itu dengan jumlah siswa 1500 sungguh menantang ms Juli. 

Namun, di Al-Azhar ms Juli belum selesai mengajar. Walau guru yang cuti sudah masuk kembali, ternyata ms diperbantukan di kelas percepatan atau akselerasi di kelas 6. Mengajar pendalaman materi dan tambahan matematika di kelas akselerasi. Untungnya ms masih punya jam kosong beberapa waktu. 

Ms Juli menyampaikan langsung dengan berterus terang kapada kepsek pak Josep. Bahwa dari 35 jam yang ditawarkan, ms baru bisa memegang 8 jam saja saat ini otomatis hanya 2 kelas otomotif saja. Pak Josep bisa mengerti, namun wakilnya saat itu agak marah dan tidak bisa menerima. Saat itu, jujur ms mengatakan dalam hati dia bukan orang yang baik dan bisa memahami diri ini. Namun, ms abaikan. Buat ms Juli wong kepala sekolahnya saja boleh kok, kenapa dia yang marah? Aneh! Pikiran ms cepat memutuskan untuk mengambil peluang itu. 

Posting Komentar

0 Komentar