Catatan Mis Juli (15)

Kisah sebelumnya:  http://misjulie.blogspot.com/2019/11/catatan-mis-juli-14.html

Akhirnya selesai sudah rangkaian mengajar baik di SD Al Azhar Syifa Budi Legenda dan SMK Yadika 13. Ada sedih terharu dan berat untuk melepas mengajar di SD. Namun dengan pertimbangan satu dan lain hal ms Juli harus pamit. Sempat nggak enak ke kepala sekolah yang sudah demikian baik selama ini memberi kesempatan seluas-luasnya tanpa pilih-pilih guru lama atau pengganti saja. Ms Juli merasa diberi tempat terbaik selama di sini. 

Namun, macet dan fokus mengurus keluarga sakit adalah alasan yang utama. Selain sertifikasi di SD belum juga cair sudah hampir satu tahun. Entah akibat mantan kepsek dulu yang tidak ikhlas melepas ms Juli karena keluar dari PDGS dan juga menolak mengajar di sekolahnya Wallahu alam, hanya Allah yang tahu. Ms serahkan segalanya kepada Allah. 

Ms mau cerita sedikit, sempat aku datang ke sekolah kecil SD dimana pemilik yayasannya adalah teman kepala sekolah dulu waktu di gugus IX sembilan kepala sekolah waktu ms masih di PDGS. Kami berdua saja yang swasta, sementara 7 lainnya adalah SD  negeri. Iseng ms datang ke rumahnya. Menyampaikan kebimbangan soal sertifikasi yang belum juga kunjung cair hampir setahun. 

Kini ada rencana menetap mengajar di SMK, sambil menunggu bisa mutasi sertifikasi ke SMK, barangkali yang di SD barangkali bisa membantu mencairkan sertifikasi, dengan cara mencari tempat mengabdi di SD lain setelah sudah tidak mengajar di Al-Azhar. Alhamdulillah beliau baik langsung menerima, namun di luar dugaan ternyata ms Juli langsung didapuk menjadi kepala sekolah di yayasan beliau. Ms nggak usah sebut namanya yaa. Takut ghibah. 

Jujur, kaget dan nggak siap sebenarnya. Tapi ya harus dijalankan, agar sertifikasikuh bisa terus  cair. Rupanya sekolah ini bedol desa alias sepaket perangkat struktural sekolah dan guru-guru nya sebagian rencana resign berbarengan. Itu mengapa ms Juli didapuk untuk mengganti kepala sekolah yang resign tersebut. Dan proses perekrutan guru sudah berjalan rupanya. Akhirnya, ms harus memimpin di sekolah SD tersebut. 

Ms sudah menyampaikan bahwa sudah terikat mengajar di SMK Yadika 13 tersebut, ssst juga dalam rangka mutasi sertifikasi. Setelah Al-Azhar selesai ms tetap harus mencari SD agar sertifikasi kembali cair dan dibayar pemerintah. Sambil berproses mutasi rencananya. Akhirnya setelah terjadi negoisasi tercapai kesepakatan bahwa ms tetap menjadi kepala sekolah, walau waktu kontrolnya adalah hari Jumat pulang dari sekolah utama kini (InshaAllah). 

Lumayan agak ringan kalau begitu, namun saat Ms menangani SD ini, mulai dari laporan keuangan sampai kurikulumnya ternyata membuat ms Juli sendiri shock sekali. Ternyata sekolah ini lemah sekali masalah pengaturan keuangan nya. Banyak kebohongan dalam penyusunan anggaran, pemanfaatan guru, sehingga saya sebagai kepala sekolah merasa malu sekali dengan apa yang yayasan lakukan. 

Sebenarnya, anak yatim di sekolah ini hanyalah 4 saja. Namun pada saat pengajuan NISN siswa seluruh yang berjumlah kurang lebih 50. Kebetulan sebagai mantan kepsek tentu memiliki pengalaman lumayan bahwa pengajuan NISN harus jujur dan ada biaya 2000 rupiah per siswa untuk membuat kartu di kabupaten sana. Tapi di sini ms diminta untuk mengakui bahwa semua siswa adalah anak yatim, ya ms berdosa dong kalau melakukan itu? 

Di situlah hati nurani tak mampu membohongi diri sendiri bahwa sekolah SD ini nggak benar. Tujuannya adalah pengurusan NISN itu gratis nggak perlu bayar malah kalau perlu. 

Masalah demi masalah bermunculan, ms Juli yang sudah prihatin dengan rekan-rekan guru yang harus mengajar dari pagi sampai sore namun bergaji 400.000. Sebenarnya ms paham kalau itu memang berangkatnya sama-sama, namun yang ms lihat yayasan juga seperti ingin mengeruk keuangan dari sekolah ini. Seperti lumbung uang yang harus dimanfaatkan segalanya. 

Tiba pada pemasukan keuangan dari TPA, uang dari orang tua per siswa adalah 20.000.  Mau ms juli pembagian honor TPA  adalah 12.000 dengan 8000. 12 untuk guru yang mengajar, dan 8 untuk yayasan sebagai pemilik. Jangan dibalik. Kan guru yang paling banyak mengajar, kasihan juga untuk menambah honor guru. Namun, setiap apa yang dibela oleh ms Juli untuk guru selalu disalahkan. Sampai tidak.tega melihat keadaan itu. 

Tugas kepala sekolah adalah memajukan sekolah dan membimbing, memimpin guru agar selaras dengan keinginan sekolah dan yayasan. Yayasan mulai gerah dengan kejujuran dan ketegasan ms Juli, namun belum juga mengakui kezoliman mereka kepada guru-guru dan karyawan sekolah. Berusaha untuk bicara dari ke hati tidak pernah membuahkan hasil, terlihat keras sekali kemauan yayasan. Padahal maaf, pemilik yang laki-laki bekerja, dan yang perempuan penceramah yang mengerti agama. 

Puncaknya, ketika masuk bulan puasa orangtua siswa diminta untuk santunan. Berupa sembako dan uang di amplop. Namun lucunya sembako dan amplop harus diserahkan sendiri ke yayasan. Dipajang di etalase rumah pemilik yayasan. Namun, tidak dibagikan oleh siapapun seperti anak yatim atau apapun. Orangtua yang dekat rumah beliau pun mempergunjingkan hal itu. Agak bingung juga Ms Juli menyikapinya. Ingin bertanya kok rasanya bukan wilayahnya, kalau tidak ditanyakan orangtua banyak yang mendesak. 

Sementara menunggu kami melewati bulan Ramadhani dengan berusaha khususk dan meminta rekan-rekan guru dan orangtua siswa untuk colling down. Walau masukan dari orang tua yang anaknya di kelas kami paling tinggi mengatakan pengalaman-pengalaman sekolah ini. Ternyata sekolah ini sudah dua kali membubarkan sekolahnya karena ketiadaan guru dan kepsek yang berkali-kali dipecat atau keluar bersama-sama karena kondisi serupa. 

Kezoliman yayasan selalu berulang dan sepertinya tidak pernah mau belajar dari pengalaman. Berarti ms Juli ini ketiga kalinya dan orang tua sudah semakin paham. Seharusnya sekolah ini sudah meluluskan angkatan pertama, namun karena berulangkali siswanya dibubarkan, atau banyak yang keluar lama kelamaan habis jumlahnya. Kelas empat yang tertinggi saat ini saja jumlahnya hanya 6 siswa. Tidak cukup kelak mengikuti ujian sendiri, dan harus menginduk ke sekolah lain. 

Akhirnya setelah Ramadhan ms Juli dengan berat hati mengajukan resign karena bagaimana mungkin ms Juli hanya datang Jumat Sabtu untuk kontrol sekolah digaji 800.000 sementara guru yang setiap harinya sampai sore di sekolah malah separonya. Belum lagi sifat Yayasan yang arogan dan tidak mau bermusyawarah untuk mencari yang terbaik. 

Namun, Yayasan selalu menghindar dari pertemuan dengan ms Juli. Malah yang terjadi adalah adanya pemecatan sepihak dari sekolah untuk ms sebagai kepala sekolah. Artinya, bukan ms yang mengundurkan diri tetapi mereka yang memecat. Lucu, bukan? Saat itu usai lebaran dan jelang honor kepala sekolah ke-3. Tidak ada bonus untuk guru dan sembako dari orangtua, hanya gaji utuh saja. Tapi ya sudah lah pikir ms Juli barangkali ada orang yang bisa menggantikan posisiku lebih baik lagi. 

Rupanya rekan-rekan guru keberatan, karena merasa ms sebagai kepala sekolah membimbing mereka dengan pengalaman ms Juli selama ini, serta membela kepentingan guru. Jadi merekapun sepakat keluar berbarengan setelah dua Minggu ms tidak lagi menjadi kepala sekolah

Posting Komentar

0 Komentar