Hidayah Lailatul Qadar

Inikah saatnya, rasanya tak percaya. Ketika sakit itu mulai terasa begitu menyakitkan. Mengganggu #ibadahdirumah yang seharusnya nyaman saat WFH, dan #dirumahaja

Tapi hari itu sumbatnya terbuka ... Ketika hidayah itu datang di awal malam ganjil, ingin lepas dengan kesadaran. Lepas dari sakit, trauma, dan memikirkan orang lain. Terlalu banyak rasa nggak enak, takut tidak dihargai dan menjadi trauma, serta kemarahan yang belum dilepaskan. Seorang therapis pagi ini memorakporandakan segala ego. 

Harus mengakui, ujian, penderitaan, dan musibah itu kita sendiri yang mengundang. Seperti dalam Al-Qur'an: 
 “Dan segala musibah yang menimpa kalian adalah disebabkan oleh perbuatan tangan kalian. Dan Allah memaafkan banyak (dari kesalahan kalian)” (QS. Asy-Syuuraa: 30).

Seperti Adam dan Hawa yang menyadari dan mengakui segala kesalahannya, Allah maafkan namun tetap harus turun ke bumi menebus kesalahan. Begitu juga sakitku kali ini, setelah sekian puluh tahun,  pagi ini dibedah dengan jelas oleh bunda Nurita #therapistku  membuat aku harus melepas segala ganjalan dan emosi sampah. Sehebat apapun obat dan ikhtiar, jika ganjalan, dendam, dan kemarahan tidak dilepas, sia-sia. 

Puluhan tahun trauma terpendam itu ternyata berhasil diangkat oleh bunda Nurita, mengenal sejak 2012 baru ini berkesempatan ditangani. Allah juga yang membuka jalan hari ini. Setelah malam ganjil Allah berikan kesadaran untuk membuka tabir di balik rasa sakit yang aneh dan sangat nikmat nyeri terasa, sehingga untuk ditekuk shalatpun tak mampu kutahan. 

Awalnya setelah mengucap salam pelan dan pasti kutulis chat pada bunda untuk memberanikan diri meminta solusi. Beliau adalah pakar therapist EFT dan the POST. Kutulis 3 poin penting kesedihan yang mendasari sedihku yang kusadar menjalar sakit di kaki. Mengapa langsung tahu, kebetulan satu grup komunitas sekian tahun bersama beliau mengikuti analisa sakit pada tubuh manusia. 

Dua orang yang kulayangkan, pertama founder the POST dan kedua bunda Nurita yang memang sudah total buka klinik therapis. Keduanya menjawab, tapi yang langsung telpon adalah bunda, dan membedah di balik sakitku. Tak sadar air mata menetes mengakui segala analisa dan kesalahan yang terkontribusi atas sakit ini. Tidak ada yang kulingkari, semua benar. Selama ini berpuluh tahun tidak ada yang mampu membuka misteri emosi penyebab sakit. 

Itu mengapa bagai terbuka sumbatan sampah emosi pagi ini dan kuakui harus kurelease atau Kubang dan ikhlaskan memaafkan. Jika aku ingin sehat, aku harus berani keluar dari semua ini tanpa menyalahkan siapapun, cukup intropekai diri. 


Sadarkah aku, saat hidayah ini datang ketika hening, sepi, dan dingin begitu menggigit dan terpikir untuk meminta therapis membantu. Mengingatkanku akan Malam Lailatul Qadar. Tanpa sadar kulayangkan curhat tangisku pada sang Maha meminta jalan keluar kesembuhan, atas ibadah yang mulai tak nyaman. Pertanyaan atas landasan emosi sampah apa yang tersembunyi di balik segala musibah. Terutama 3 tahun belakangan ini kurasakan. 

Bagai botol, akhirnya sumbatnya terbuka dan bisa lebih cepat kusadari. Terimakasih ya Allah ...

#Tantanganmenulisramadhan
#joeraganartikel
#day16
#lailatulqadar
#kisahinspirasi
#hikmahramadhan

Posting Komentar

0 Komentar