Pesan Cinta #3 Covid-19


Pesan Ketiga Covid-19 #3

Awalnya Pandemik ini diabaikan, hingga ada salam Corona jadi permainan dan candaan. Namun, begitu korbannya menggila dan menelan banyak korban, barulah timbul kesadaran. Belum bermasker, rajin cuci tangan, bawa handsanitizer, mulai timbul kesadaran kalau tidak boleh dibilang ketakutan plus kepanikan. 

Mulai dari borong belanjaan, sampai aksi timbun masker, handsanitizer, vitamin C dan sebagainya. Itu duluu sebelum PSBB dan phisical distancing. Setelah mulai banyak zona merah kini daerah mulai timbul kembali kesadaran lebih luas. Kalau awal hanya satu daerah PSBB sekarang Medanpun, Sulawesi sudah mulai bagian dari aksi tersebut. 

Beberapa Minggu yang ms Juli lihat adalah, secantik apapun dia, sesemok apapun bodynya, semua punya rasa takut yang sama. Mulai bermasker semua, baju lengkap semua. Nggak kaya dulu pamer aurat, jago selfie dengan bupati (buka paha tinggi-tinggi). Atau pamer senyum dengan lipstik merah merona menggoda iman. Astaghfirullah mungkin termasuk ms Juli juga ikut serta berkontribusi ya manteman. 

Kini, semua sosmed pamernya masker ... Penampilan lebih tertutup, lebih perempuan seperti ibu Kartini yang juga berproses. Memang pamer aurat terbuka bukan penyebab perkosaan, tapi merusak syahwat mereka yang sudah rusak akibat teknologi komunikasi yang semakin bebas. Sehingga, kebebasan apapun akhirnya merembet ke "pergaulan bebas" tanpa batas, bahkan merusak sendi-sendi norma kehidupan. Akankah setelah Pandemik ini ada perubahan? Wallahu alam, harapan itu pantas disandingkan. 

Ada Pesan yang akan ditinggalkan Covid-19 yang segera akan pergi, yaitu ... 

Jangan lagi ada "pergaulan bebas" tanpa batas, selingkuh dan kumpul tanpa ikatan sah. Bukankah Covid-19 telah mendidik kita untuk Sosial Distancing dan Physical Distancing, jaga jarak, bahkan bersalamanpun tidak bersentuhan? Tidakkah musibah ini menjadi pembelajaran bagi kaum yang berpikir? Semoga ...

Posting Komentar

0 Komentar