Tinggal di gang dekat Pasar Istrat Kebon nanas Jakarta Timur waktu itu, adalah hal yang tak pernah terlupa sampai kini. Bagaimana tidak, ms Juli kecil dan besar di sana sampai lulus SMA baru kemudian pindah ke Babelan Mas Permai Bekasi sambil kuliah di IPB Bogor. Berarti 19 tahun hidup di jakarta. Dari yang bandel dan nggak ngerti apa-apa sampai menemukan hidayah-Nya dalam beragama itu ya di sana.
Mamah dan papah yang keturunan Kejawen, sejak kecil setiap natal atau hari besar keagamaan Kristen di panti asuhan, mengarahkan untuk selalu hadir. Jadi jangan ditanya kalau suruh nyanyi ms Juli pasti hapal lagu-lagu pujian mereka. Bukan ini yang mau diceritakan, tapi rumah ms Juli juga dekat dengan mushola. Mengapa? Karena, di mushola inilah segalanya berawal.
Sekolah dua kali, pagi di madrasah dan siangnya di sekolah formal. Walau masih pake kerudung tipis dan kain sarung kode buat mengaji, aku menemukan kebahagiaan tersendiri. Tiap hari dijemput dan diajak mengaji oleh teman kampung di sini, untuk bisa membaca Al-Qur'an. Dibanding di panti asuhan yang hanya setahun sekian kali, akhirnya hidayah-Nya datang karena ms jemput setiap hari. Hanya Minggu yang kosong mengaji, lebihnya selalu ada kegiatan di madrasah.
Sejak kecil ms Juli dikenal dekat dengan anak kampung dan suka mengajarkan menari dan mendongeng. Sampai lulus selalu dipakai di acara 17 Agustusan RW, baik sebagai penari maupun mengajarkan menari anak-anak kecil sampai remaja. Punya Tante adik angkat mama yang guru senam lumayan bisa ngelenturin badan. Alhasil dikenal sebagai penari juga orang seni, olahragawan, juga tukang ngumpulin orang buat kegiatan positif.
Walau mamah papah lebih mengarahkan ke panti asuhan, tapi kekuatan religius yang Kujemput lebih kental dan bermakna di hati ms juli. Adem rasanya kalau setiap mengaji, terus puasa diisi tadarusan, tarawih, untungnya mamah papah mengijinkan. Karena tahu aku nggak bisa diam di rumah. Sakit bronchitis 19 tahun ms Juli isi dengan tetap bergerak dan melakukan kegiatan positif. Walau sambil pingsan setelah kegiatan, atau harus dirawat selama 2-3 Minggu, tapi teman-teman kampung akan kehilangan dan selalu menyemangati untuk sehat.
Yang tak pernah lupa juga adalah jelang berbuka, banyak makanan yang paling ms suka dan nggak terlupakan. Namanya krupuk mie sambal ubi. Sayang lepas pindah hingga kini belum pernah lagi ketemu makanan jenis itu. Namun kenangan puasa, tarawih, dan kulinernya tak terlupa adalah bagian yang terus melekat mengiringi kenangan hingga saat ini. Jadi kalau ditanya apa yang paling diingat? Saat Ramadhan masa kecilmu?
#Tantanganmenulisramadhan
#joeraganartikel
#day19
#ramadhansaatkecil
8 Komentar
Banyak hal yang paling diingat. Keceriaan menyambut Ramadhan. Sholat subuh berjamaan di masjid. Karena memang tinggal di komplek satu perusahaan triplek di Kalimantan.
BalasHapusHabis itu tadarus bareng-bareng. Eh nanti ku ceritain di blog lah. Banyak juga ternyata.
Hehehe
Namanya masa kecil, pasti menyimpan sejuta kenangan yang tak terlupakan. Yang berkesan tentu keceriaan bersama teman-teman yang tidak akan terulang kini. Keceriaan tanpa beban, tanpa ada tekanan. Ceria yg sebenar-benarnya.
BalasHapusRamadhan masa kecil yang diingat, bisa main sore-sore sama teman sambil nunggu waktu buka. Terus siang itu dah ngumpulin apa yang mau dimakan nanti. Padahal pas dah bedug makan satu atau dua kue aja sudah kenyang kwkwkw. Duh, berkesan sekali masa kecil itu ya
BalasHapusKenangan masa kecil memang selalu membekas di hati ya Miss. Semoga ke depan Miss Juli dan keluarga selalu dalam lindungan-Nya. Amin amin
BalasHapusPas banget saya juga sudah nulis tentang kenangan Ramadan semasa kecil. Banyak, dong. Mislanya: berburu tanda tangan imam salat tarawih pas SD, main kembang api dan petasan, juga ngabuburit bareng keluarga. Tak terlupakan pokoknya.
BalasHapusRamadhan masa kecil paling istimewa tentunya sewaktu pindah ke Tangerang. Di sana ada tetangga yang membuka rumahnya untuk menjadi TPA. Di sana aku belajar membaca Iqro hingga naik tingkat ke Al Qur'an. Andai nggak bertemu pasangan suami istri itu, entah kapan aku bisa membaca Al Qur'an. Sebab di lingkungan sebelumnya, sebagian besar masyarakatnya adalah non muslim. Keluarga besar kami sendiri masih beraliran Kejawen dan Pangestu.
BalasHapusRamadhan memang senantiasa mempunyai kenangan istimewa. Seperti halnya Ramadhan 2020 ini akan jadi sebuah kisah tak terlupakan, yang akan diceritakan kembali kelak untuk anak cucu kita..
BalasHapusRamadhan di masa kecil yang paling kuingat adalah saat tarawih di masjid sembari ngejar-ngejar ustadz buat minta tanda tangan. Biasanya, selepas pulang sholat juga kita yang anak perempuan sering banget digangguin sama anak laki-laki. Maklum, anak-anak yang tinggal di sekitaran masjid tersebut memang terkenal bandel. Pokoknya, seru deh kalau diminta mengenang masa kecil.
BalasHapus