𝗦𝗲𝘁𝗲𝗹𝗮𝗵 𝟱 𝗧𝗮𝗵𝘂𝗻 (6)

𝘽𝙮 𝙈𝙨 𝙅𝙪𝙡𝙞

Walau berat dan berliku setelah hampir 2 tahun pernikahan rahasiaku dengan orang tua , akhirnya kini bisa lebih tenang. September nanti akan wisuda, Februari tahun ini aku menikah. Setelah mbak bertunangan dengan calonnya yang datang saat lamaran keluarga besar suami ke rumah. Keluarga suami juga tak pernah tahu kami sudah menikah. Keputusan ini diambil agar tidak terjadi hal yang kami inginkan. 

Sehingga kehidupanku kemudian lebih tenang. Saat harus menyelesaikan kuliah yang tinggal sekian bulan, karena saat itu hanya sampai diploma 3. Tinggal jauh dari orang tua kedua belah pihak, dengan alasan harus  menyelesaikan kuliah. Saat itu belum terasa konflik demi konflik. Aku  benar-benar fokus menyelesaikan kuliah, sambil berjuang mengajukan ke dekan agar nanti saat penempatan  tugas tidak jauh dari tempat tugas suami.

Konflik baru terasa, saat pengumuman tempat tugas keluar. Aku sangat kaget sekali, karena ternyata ditempatkan jauh sekali. Yaitu di SMPN-5 Kapahiang Bengkulu. Disitulah mulai terasa konfliknya. Suami sangat keberatan, mamah-papah ingin aku tidak berangkat. Terutama  papah,  terus terang di awal aku masuk kuliah agak ragu. Karena walau nilai matematikaku 9, sesungguhnya aku takut, saat diterima di fakultas MIPA jurusan pendidikan  matematika. 

Begitu kuliahku selesai dan diangkat CPNS di Bengkulu, ternyata tidak diijinkan berangkat. Begitu juga suami meminta tidak bekerja dulu, karena dia ingin aku bisa hamil memiliki anak sebagai penerus keturunannya. Dilema antara suami dan orang tua. Egoku mengatakan bahwa aku ingin membahagiakan orang tua dengan menjadi PNS atau bekerja dimanapun agar memiliki uang sendiri untuk bisa membantu mamah papah, tapi agama mengajarkan saat perempuan sudah bersuami, suami adalah pengganti orang tua. Bakti kita kepada suami diajarkan oleh agama, dan mendapat Ridha Allah. 

Butuh waktu untuk memahamkan kepada orang tuaku bahwa, Aku harus mematuhi suami. Kedua orang tua  beragama aliran kejawen, jadi belum memahami. Hubungan mulai memanas sejak itu, seolah papah tidak rela, setelah kuliah ternyata aku  tidak bekerja. Itu sungguh tidak nyaman untukku. Setiap aku mengunjungi orang tua, papah selalu menyindirku dan suami. Mempengaruhi hubunganku dengan suami. Laki-laki mana yang harga dirinya tidak jatuh, bila keputusan orang tua mempengaruhi keputusan dalam rumah tangganya.

Aku mengambil sikap bijak dengan mengurangi waktu kunjunganku ke orang tua. Dengan alasan, mulai bertambah kesibukan, aku mulai membuka TPA. Awalnya mamah sempat sedih, tetapi aku menggantinya dengan rajin menelpon beliau dan papah. Prinsipku, kesedihan tidak perlu dibagi, tetapi bagilah kebahagiaan diri sekecil apapun. Aku merasa belum bisa membahagiakan orang tua secara maksimal, jadi bagaimana caranya tidak membuat mereka menangis karena sikap dan kata-kataku.

Mama-papa tidak pernah mengerti, sesungguhnya di hatiku mulai timbul rasa minder. Mengapa? Sejak selesai kuliah aku tinggal di rumah sendiri, mulai merasakan pertanyaan-pertanyaan aneh. Sudah berapa tahun menikah? Kenapa belum dikasih momongan, dan sebagainya. Tidak hanya di lingkungan perumahan, tetapi juga di keluarga besar suami. Apalagi, 2 kakaknya, baru menikah juga langsung punya anak. Kadang aku suka risih dengan pertanyaan-pertanyaan itu, bahkan ada yang sampai vulgar menyampaikan bagaimana cara berhubungan suami istri yang baik agar cepat punya anak.

#eventSJB
#StatusJadiBuku2
#JoeraganArtikel
#ChallengeStatus
#Nulis20hari
#Harike6

Posting Komentar

0 Komentar