Suamiku beberapa hari ini mengatakan, banyak yang terpuruk secara perekonomian. Banyak yang mengalami PHK sehingga masuk bulan puasa terlibat pinjol. Keadaan ekonomi saat ini daya beli masyarakat sedikit berkurang, kalau tak boleh dibilang menurun.
Aku tak menyalahkan, walau juga tak setuju. Dalam kondisi seperti ini siapa sih yang mau berisiko mengeluarkan uang secara cuma-cuma, saudara sendiri saja susah dan tak peduli. Sebenarnya gajiku tinggal separuh, setelah tahun pelajaran ini jam mengajarku tinggal separuhnya. Tapi aku masih bersemangat, jualanku masih setia dengan kurma, CUMENG, waiteu kolagen, dan Jasa travel haji dan umroh masih kulakukan.
Aku selalu percaya rezeki itu tak pernah tertukar, apalagi kalau kita menghindari riba. Selalu percaya rizki yang kita keluarkan untuk berbagi, sedekah, membantu orang dalam kesulitan tidak serta merta membuat kita kekurangan. Diskusi dengan suami, semua pekerjaan, berimbas akibat pandemi. Jadi menyisihkan rezeki untuk keluarga atau tertangga terdekat semampu kita, ketimbang mereka terjerumus ke dalam pinjol riba yang lebih dalam.
Alhamdulillah, keluarga setuju jika kita meminjamkan dan membantu dalam bentuk dana usaha yang diputar. Rosulullah mengajarkan kita memberi kail atau alat, untuk mereka mencari rizki. Bukan memberi hanya untuk dihabiskan, besoknya bingung lagi harus pinjam. Jadi, kusisihkan selalu dana ummat. Begitu juga untuk teman-teman yang berlebihan, kuminta untuk menyediakan kenclengan dana ummat, untuk diberikan bagi keluarga atau tetangga terdekat. Setiap Jumat dikeluarkan dan dibuka bagi yang membutuhkan. Bagaimana manteman, ukhti? Sudah berbagikah Minggu ini?
#day6
#TantanganMenulisRamadhan
#NurulAmanahPublishing
#joeraganartikel
0 Komentar