Bersimpuh Dalam Malam Ramadhan-Mu

Aku menggelar sajadahku dengan lesu. Beberapa hari ini sungguh luar biasa panasnya. Ternyata efek cuaca ekstrem pun merembet ke hati dan perasaan (baper). 

Ketika aku kangen sama indah, sahabatku tetiba saat pulang sekolah dan matahari sedang garangnya. Segera kuhampar sajadah dengan lesu dan sedih. Benar kata orang, makna kehadiran dan kepentingan seseorang, itu adalah saat dia berpulang atau pergi meninggalkan kita. 

Teringat, saat mau pulang dan pindah tempat tugas aku melewati teman-teman yang sholat Zuhur berjamaah setelah zikir dan mengaji selama 3 hari berturut-turut untuk Indah di sekolah, yang telah mendahului kami. Sayang aku harus melaksanakan tugas di tempat lain lagi. Nggak enak sudah dikasih dispensasi jam siang, masih mau terlambat tiba. Maafkan aku ya manteman, sementara tidak bisa bergabung dalam doa bersama untuk ibu Indah Puspasari. 

Entah sampai malam begini pun aku belum bisa memicingkan mata. Masih nggak menyangka, selain ada yang kupikirkan. Suasana malam hening sepi semakin terasa. Segera kuambil wudhu diakhiri membaca Alqur'an setelah qiyamullail dan tertidur. Rasa kantuk berat mata, tapi rasanya malam ini sejuk disertai hujan rintik tak menderas. Hanya bau tanah basah menyeruak. Tak lupa doaku untuk sahabat, kerabat, dan keluarga untuk kesehatan dan iman. 

Sudah malam 17, malam ini harus menguatkan diri untuk menegakkan qiyamullail-Nya, hingga Ramadhan berakhir. Bukan hanya karena Ramadhan, tetapi justru kesempatan saat ini menguatkan lagi, karena ada malam 1000 bulan yang harus kunanti. Doaku sehat dan diberi rezeki bertemu ya sahabat ...

#day16
#TantanganMenulisRamadhan
#NurulAmanahPublishing
#JoeraganArtikel

Posting Komentar

0 Komentar