"Bu, adek makannya di kantor saja ya, seperti biasa. Alhamdulillah ada yang murah sekali makan sudah dapat teh anget. Lagi adek bukaan takjilnya di masjid terdekat kantor. Jadi jangan marah yaa kalau takjil ibu kadang nggak adek makan." Bungsuku seolah nggak enak sama ibunya.
"Nggak apa-apa dek. Yang penting Sunnah ya sudah dilaksanakan, berbuka disegerakan. Sholat Maghrib Isya wajib dikerjakan. Masa hari biasa sholat bulan puasa malah kendor," ledekku segera.
Alhamdulillah sejak terakhir kecelakaan tunggal, bungsu memang lebih tekun ibadahnya. Serasa diberi kesempatan hidup kedua katanya. "Bayangin Bu, adek lagi ngantuk-ngantuknya itu sampe nabrak portal saja nggak berasa mashaallah," katanya. Aku segera mengelus bahunya, untuk tidak lagi mengingat. Hikmah kehidupan setiap manusia berbeda cara didewasakan oleh Allah.
Lain hari saat mengurus kitten bersamaku, dia bilang begini, saat itu hari Sabtu lalu.
"Bu guru adek yang umurnya jauh di bawah ibu sudah meninggal dua orang, wali kelas adek yang umurnya di atas ibu juga. Berarti umur itu rahasia Allah ya Bu?" katanya membuka pembicaraan.
"Itulah dek, kita semua camat calon mati, umur itu bukan antrian tetapi cabutan. Siapa yang lebih dulu tercabut oleh malaikat maut sesuai ketentuan Allah di lahul Mahfuz tidak ada yang tahu. Siapkan diri sebaik-baiknya jangan lalai nak. Tertinggal semua kecuali 3, doa anak Sholah, ilmu yang bermanfaat, dan amalan kita dek. InshaAllah nggak rugi" jawab ku dengan serius membahasnya. Teringat mereka yang sudah mendahuluiku. Sedih, tak terasa air mataku menggenang, merasakan bagaimana cepat sekali mereka pergi tanpa sakit.
"Yuk sudah masuk 10hari kedua, perbanyak terus ibadah selagi sempat. Ingat Al-Asr, sesungguhnya manusia kerugian. Waktu terus berjalan, jangan sampai kita merugi dek, bulan puasa lewat dengan sia-sia" Sambil mengelus kepala anak yatimku ini. Ayah sambungnya hanya tersenyum mendengar percakapan kami.
#day15
#TantanganMenulisRamadhan
#NurulAmanahPublishing
#joeraganartikel
0 Komentar