"Ms aku ketiduran nih, maafin aku" Sebuah pesan masuk, saat aku tengah bersiap untuk mulai memasak.
"Lalu? Kan dari semalam ms sudah ingatkan hari ini ujian, persiapkan diri. Kepentingan kamu untuk bisa berangkat magang. Tapi sejak semalam kamu cuek di grup ga respon info-info ms" kataku masih agak menyesali.
"Aku langsung jualan takjil, berangkat hp kutinggal makanya kenapa kaya nggak keangkat" Rasanya seperti mau nelen saja yang ada di depan mata. Upzz puasa heuuu!
"Mas kamu tuh lo, nggak merasa bersalah. Seakan nggak punya tanggung jawab banget sih. Ini penentuan loh dari ber lima, hanya kamu saja yang nggak hadir" Ms Juli nggak bisa menahan greget di hati.
"Kamu tahu? Mereka lolos dan ditempatkan di Tanggerang Banten, yang satu di Jakarta, dan satu lagi di Bandung. Sudah fiks mereka lolos!"
"Yah, iya ms? Jadi? Aku ngulang lagi gitu dari nol?" Terdengar nada penyesalan akhirnya kudengar. Dia sudah tahu sejak awal risikonya.Ms Juli sudah harus masak buat bukaan. Sebentar lagi ayah dan anak-anak pulang berbuka. Harus siap.
Setelah tarawih, kembali pesan masuk dan ada telpon tak terangkat. Rupanya dari siswa tadi.
"Ms tolong perjuangin aku, aku janji nggak akan ketiduran lagi deh please" Icon tangis mewarnai chatnya padaku. Penyesalan memang selalu terlambat.
Tidur saat Ramadhan memang ibadah, menghindari perbuatan tak berguna lainnya. Tapi kalau sedang punya tanggung jawab ya harus diperjuangkan. Puasa bukan artinya melemahkan segalanya. Muslim itu justru harus kuat saat berpuasa.
Dalam hati tetap memperjuangkan, tapi biarlah ananda mengambil hikmah akan sebuah tanggung jawab.
#day14
#TantanganMenulisRamadhan
#NurulAmanahPublishing
#joeraganartikel
0 Komentar