Tak seperti biasa paksu bermanja sepulang dari luar kota. Saat aku sudah berdandan dengan seragam ke sekolah bertugas, walau masih daring.
"Badan ayah sakit semua, Bu. Temani ayah sebentar" pintanya setelah sekian lama tak seperti biasanya pagi ini.
Waktu menunjukkan pukul 6.30. Segera kukabari bagian piket dan absen, ijin datang terlambat. Kebetulan hari ini mulai pesantren Ramadhan daring sejak pagi. Setelah itu mulai mengurut paksu dan memborehinya dengan minyak urut dan membiarkannya istirahat.
Sebentar terdengar dengkurnya, lalu perlahan membereskan pakaian kotor serta tasnya. Sambil menunggu dan menemani tidurnya kubereskan beberapa pekerjaan di laptop. Satu jam kemudian paksu terbangun sudah enakan dan segar, katanya sempat sahur di jalan.
"Yuk mau berangkat kan? Ayah anter yaa," senyum manis mengembang pasti sudah segeran, alhamdulillah.
"Bu, ayah lembur ngejar kerjaan ya, soalnya target percetakan harus selesai sebelum lebaran. Mesin empat jalan semua, kerjaan klien kita babat. Tapi, temani ayah mulai malam ganjil ini yaa. Ayah mau begadang ada maknanya. Jangan sampe Lailatul Qadar terlewat" Kok sama dengan rencanaku, dalam hati. Dasyatnya mendapat malam Lailatul Qadar adalah cita-cita kami yang terus dikejar, di tengah kebutuhan dunia.
Bersyukur, tahun ini ibadah bareng dan saling mengingatkan. Tahu kan, nikmatnya meraih Malam Lailatul Qodar-Nya.
#day18
#TantanganMenulisRamadhan
#NurulAmanahPublishing
#JoeraganArtikel
0 Komentar