Hari ini sejak pagi aku menyanyikan lagu Lailatulqadar Bimbo yang melegenda. Entah sejak masuk 10 hari yang kedua, tidurku kutukar. Setelah Isya dan Tarawih aku tidur, lalu jam 11.30 atau 12.00 terbangun sampai pagi sambil menyelesaikan rangkaian ibadah serta membaca Al Qur'an juga editan naskah.
Mengapa demikian, karena ms Juli ingin sekali menjemput malam Lailatulqadar yang entah datang di malam ganjil keberapa? Tak ada yang tahu, tapi menyiapkan segala kemungkinan. Sudah ijin juga ke Paksu, beliau sih senang saja mendengar niat baikku. Jagoan di Ramadan ini hanya mau sahur dengan air putih dan kurma saja, jadi tidak terlalu repot menyiapkan. Semakin memuluskan niatan ini.
Malam Lailatulqadar, malam yang lebih baik dari 1000 bulan dan berganjar ibadah kita bernilai 84tahun bila beruntung memeluknya. Siapapun pasti ingin meraih malam kemuliaan itu, terlebih di umurku yang sudah lewat setengah abad. Akankah aku mendapat bonus usia Rosulullah 63 tahun? Apalagi berumur sampai 84th? Entahlah ... apakah akan bertabur juga 84tahun usiaku dengan amalan dan pahala, belum tentu aku merasa banyak kelalaianku selama ini dan belum yakin dengan ibadahku.
Tapi setiap Ramadan selalu berusaha bagaimana caranya, menjemput malam kemulyaan ini. Sesuai dengan ciri-ciri yang Rosul berikan dan juga pengetahuan serta pengalaman yang kupelajari, dimana salah satunya saat kelas 3 SMA merasakan suasana hening sepi yang sangat berbeda dari biasanya. Seakan malam dan semua mahluk tunduk sujud saat malam penuh keajaiban ini datang, aku melihat dan merasakan 3 titik bulan di angkasa.
Logikaku tak masuk saat itu, tapi ternyata itu adalah petunjuk dimana aku masuk ke IPB D3 MIPA. Petunjuk awal aku berhijrah saat mendapat hidayah untuk berhijab selamanya di Akhir Desember 1990 sampai kini, aku tahu dulu tomboi sekali. Itu yang paling nyata sekali kurasakan penuh rasa syukur. Alhamdulillah aku masih istiqamah hingga hari ini, tak pernah sedetikpun melepas walau sekejab hijabku, walau godaan untuk bongkar pasang begitu hebat. Dan kejadian itu tanpa sengaja dan tak kudesign. Akankah kini terulang keajaiban Lailatulqadar untukku kembali, dengan tekatku untuk menjemputnya? Doaku ya Allah, terwujud.
Sedihnya dua hari ini aku haid, sempat menangis saat paksu pulang kusampaikan, kesedihan pertama sudah hampir 5 tahun pernikahan kami belum juga diberi momongan, sempat senang saat terlambat seminggu ini, ternyata belum juga. Kedua keinginan menjemput malam Lailatulqadar tertunda karenanya.
Ayah hanya bilang. Allah itu Maha Baik, pasti tahu yang di hati kita, Bu. Yakinlah ... Sebaik-baik keajaiban hanya milik Allah yang diberikan pada hamba-Nya yang memiliki niat mulia. Teruslah berusaha, masih ada 10 hari ketiga yang siap Ibu jemput. Hiburnya ... Alhamdulillah menguatkanku untuk tak putus berusaha meraih keinginan terbesar. Doakan ya, sahabat ... Doa yang sama kupanjatkan pada-Nya untuk para sahabatku semua.
#day15
#TantanganMenulisRamadan
#NurulAmanahPublishing
#JoeraganArtikel
#misjuli
#ramadan2022
0 Komentar