Jangan Ada Ketupat Menghalangi Tanpa Ketulusan

 
Alhamdulillah, akhirnya tiba di penghujung waktu. Day 24 tiba juga di sini bersamaku, menemani hari-hari liburku sebagai pendidik di sekolah. Siswa sudah mulai satu persatu pamit mudik, secara orang tuanya masih berlatar belakang perantau, laporan liputan Cikarang. Mis Juli pulang nggak? InshaAllah pulang, karena bapak dan ibuku di Jogja sudah merindukanku anak wedoke pulang. 

Tapi anak-anak dan mantuku juga akan berkumpul bersama kami, setelah itu baru ke rumah mertuanya masing-masing di Medan dan Jakarta. Baru setelah itu kami berdua pulang ke Jawa istilahku. Mengunjungi 3 kota kali ini Jogja, Wonosobo, dan Semarang inshaAllah. Menyambung tali silaturahmiku ke keluarga besar alm mamah dan papah, sebagai baktiku dan jadi ladang amal meluaskan serta melapangkan kuburnya. Al faatihah untuk keduanya ya Allah. 

Dalam suasana seperti ini aku merindukan ketupat mamah yang begitu legit buatku, dulu biasanya aku yang kebagian mencuci beras dan memasukkannya ke daun ketupat. 40 bungkus ketupat besar-besar pasti jadi jatah buat kami bertujuh di rumah maklum aku 5 bersaudara, juga untuk hantaran tetangga terdekat. Urusan antar mengantar juga selalu aku yang kebagian, dan Mis Juli sih rela-rela saja mengantarnya. Apalagi kata tetangga aku yang paling kelihatan putih sendiri dan dan sipit. Kalau tertawa matanya nggak kelihatan, suruh tinggal saja kalau melihatku lagi ketawa. Ya satu-satunya anak yang mewarisi darah Cina cuma aku anak kedua di rumah ini, mamah memang lahir dari ayah kandungnya juga yang Chineese. 

Abaikan, nggak penting. Hal terpenting adalah darah kuat yang mengalir adalah Jawa Semarang, dimana walau mamah anak tunggal dan ketika ibunya menikah lagi budaya masakan kebanyakan Jawa Tengah adalah wajib ketupat asli. Budaya yang dibawa oleh wali Songo yang artinya 'ketupat' dikaitkan dengan kata dalam bahasa Jawa 'ngaku lepat yang artinya mengakui kesalahan. Selain memohon maaf, masyarakat Jawa juga memaknai ketupat sebagai 'laku papat' atau empat tindakan. 

Setelah berakhir Ramadan dengan kesibukan hablum minallah ibadah diakhiri zakat langsung linier ke Allah, usainya saling bersilaturahmi (hablum minannas) mengunjungi keluarga, saudara, sahabat, teman, apalagi yang mungkin ada gesekan, selek, dan sebagainya. Terlebih dengan memberi sedikit hadiah atau buah tangan makanan juga buah-buahan membuat cair hati yang mengeras atau pernah sakit, nggak wajib siih he he. Itu mengapa makna kembali fitri minallah dan minannas saling melengkapi, subhanallah. 

Tahun ini bikin ketupat nggak ukhtiee


#day24
#ketupat
#tantanganmenulisramadan
#nurulamanahpublishing
#misjuli

Posting Komentar

0 Komentar